
Sang gajah itu akhirnya jatuh juga. Betapa malang nasibmu Arsenal. Sudah sejak 2003, mereka di PHP, alias gagal juara Liga Inggris setelah lama memimpin puncak klasemen. Namun tenang, The Gunners tak sendirian kok. Ada beberapa tim Liga Inggris lainnya yang ternyata sempat mengalami nasib serupa. Siapa saja tim tersebut?
Most days spent at the Top of the Premier League table without winning the Title:
🥇 ARSENAL 2022/23 – 248
🥈 Newcastle 1995/96 – 212
🥉 ARSENAL 2002/03 – 189
4️⃣ Man Utd 1997/98 – 187
5️⃣ ARSENAL 2007/08 – 156It is the history of the Arsenal. 🛡️ pic.twitter.com/jr5auwZMRA
— Statman Dave (@StatmanDave) May 20, 2023
Newcastle United 1995/96
Yang pertama ada Newcastle United pada musim 1995/96. Ceritanya, musim itu Newcastle tampil trengginas di bawah pelatih Kevin Keegan. Bayangkan, semua lawan mereka sapu. Dan pada satu titik yakni pada bulan Januari 1996, mereka unggul sembilan poin atas pesaing terdekat mereka MU. Yang lebih ngerinya lagi, mereka waktu itu memimpin klasemen Liga Inggris selama 212 hari.
Namun semuanya perlahan berubah. The Magpies mulai oleng saat kehilangan poin jumpa West Ham dan Manchester City. Bahkan, setelah itu mereka dipermalukan pesaingnya, MU di St James Park 0-1 pada Maret 1996.
Newcastle United vs Manchester United, 1996. pic.twitter.com/DQtS4JWjfW
— 90s Football (@90sfootball) January 6, 2022
Nah, pada saat itulah pasukan Keegan malah loyo. Tiga kali laga away, mereka kalah atas Arsenal 2-0, Liverpool 4-3, dan Blackburn 2-1. Kekalahan itu membuat mereka tergelincir dan disalip oleh MU. Pupuslah sudah harapan Toon Army meraih gelar. Tapi bagaimanapun, itu adalah musim terbaik Newcastle sejak 1927 silam.
Manchester United 1997/98
Berbalik keadaannya di musim 1997/98. Kali ini, MU yang jadi korban. Ceritanya, musim itu MU adalah sang juara bertahan. Dengan cara apa pun, Fergie bertekad mempertahankan gelar musim itu.
Red Devils memimpin 11 poin di puncak klasemen setelah kemenangan atas Chelsea pada Februari 1998. Salah satu bandar taruhan di Inggris pun sempat sudah ada yang memasang bahwa MU bakal juara.
Akan tetapi, malapetaka justru datang setelah laga melawan Chelsea itu. Setan Merah kalah atas Sheffield Wednesday, imbang melawan West Ham, dan kalah memalukan atas pesaing utamanya Arsenal di Old Trafford 0-1.
On this day in 1998, Marc Overmars scored as Arsenal bt Manchester United at Old Trafford to shift the title momentum pic.twitter.com/3psdyOkQdZ
— B/R Football (@brfootball) March 14, 2015
Momentum Arsenal itu akhirnya datang juga. MU disalip ketika mereka hanya meraih hasil imbang atas Liverpool dan Newcastle pada bulan April 1998. MU pun pada akhirnya harus rela gelarnya itu direbut oleh anak asuh Wenger. Fergie tampak marah.
Arsenal 2002/03
Berikutnya, Arsenal pada musim 2002/03. Arsenal musim itu adalah juara bertahan. Sejak awal musim, racikan Wenger terlalu perkasa dan tak terkalahkan. Mereka bahkan tercatat sempat memimpin klasemen Liga Inggris selama 189 hari.
Namun, malapetaka datang seiring dengan kekalahan atas Everton Oktober 2002. Tak hanya kalah, Arsenal ketika itu juga kehilangan pemain pilarnya, Sol Campbell dan Patrick Vieira karena cedera parah.
Nahas, Arsenal pun tersungkur setelah meraih dua hasil imbang di bulan April 2003 melawan Aston Villa dan MU. Ditambah ketika imbang melawan Bolton dan kalah atas Leeds di kandang sendiri pada Mei 2003. Hal itu sontak membuat perburuan gelar selesai, dan MU lah yang memenangkannya.
🤝🏆🤝
Which Leeds Utd player handed the Premier League title to Man Utd by scoring the winner against Arsenal in May 2003? 🤔
Find out the winner on #SaturdaySocial pic.twitter.com/cLD3OCTTDI
— Sky Sports Premier League (@SkySportsPL) November 21, 2020
Wenger pun marah. Ia malah menyindir MU dengan perkataan bahwa skuadnya kalah kualitas dengan tim yang secara finansial lebih baik dari timnya.
Arsenal 2007/08
Tak hanya musim 2002/03, musim 2007/08 pun Arsenal juga bernasib sama. Masih bersama Wenger, meriam London tampil impresif sejak awal musim. Mereka di musim itu terbukti memimpin Liga Inggris selama 156 hari.
Tapi awal mula masalah datang pada 23 Februari 2008. Kala itu Arsenal menjamu Birmingham di St Andrews. Cedera horor striker andalan mereka, Eduardo membuat kekuatan Arsenal seketika menurun.
Hasil imbang 2-2 menghadapi Birmingham, menandai turunnya mental para pasukan Arsenal. Terutama sang kapten William Gallas. Alih-alih memotivasi rekan-rekannya untuk bangkit, ia malah emosi dan menangis di tengah lapangan hingga laga usai.
📆 #OnThisDay in 2008, William Gallas sulked on the pitch at Birmingham following the injury of Eduardo.
He was dropped for the following match and eventually stripped of the captaincy which was given to Cesc Fàbregas. pic.twitter.com/1JYoENVUFV
— TheAFCnewsroom (@TheAFCnewsroom) February 23, 2022
Pukulan mental itu terbukti efeknya. Pasukan Wenger imbang di tiga laga berikutnya melawan Aston Villa, Wigan, dan Middlesbrough. Hal itu semakin memuluskan langkah sang pesaing MU untuk menyalip.
Benar saja, hal itu menjadi kenyataan. Bahkan setelah tersalip MU, Arsenal justru kembali tersungkur dan harus puas finish di peringkat ke-3.
Manchester United 2011/12
Berikutnya di musim 2011/12, siapa yang masih ingat ketika MU di PHP gelar juara hingga pekan terakhir? Musim itu MU bersaing sengit dengan Manchester City.
Kekalahan telak 1-6 atas tetangga berisiknya itu di Old Trafford, membuat MU makin ketar-ketir saja musim itu. Inkonsistensi pasukan Fergie setelah itu mulai kelihatan. Setelah selama bulan Maret memimpin klasemen, di bulan April mereka tersungkur berkat kalah atas tim medioker Wigan 1-0.
Ditambah yang lebih menyakitkan lagi adalah kalah atas City 1-0 di Etihad. Hal itu sontak membuat posisi MU dikudeta City dengan hanya selisih gol saja.
Nah, kemudian terjadilah momen detik-detik terakhir Aguero lawan QPR yang heroik itu. Karena kedua tim mampu menang hingga akhir musim, dan Manchester City lah yang berhasil menjadi juaranya.
Re-live it again, and again, and again…
FT: City 3-2 QPR [2012]
[39′] ⚽ P. Zabaleta
[90+2′] ⚽ E. Dzeko
[90+4′] ⚽ S. Aguero
–
[48′] ⚽ D. Cisse
[66′] ⚽ J. Mackie🥺 The feels…#MCFC | #CityvQPRWatchAlong pic.twitter.com/HVgCmgiGYG
— City Xtra (@City_Xtra) April 5, 2020
Arsenal dan Liverpool 2013/14
Kemudian di musim 2013/14, ada dua tim yang sempat memuncaki klasemen tapi akhirnya jatuh juga. Mereka adalah Arsenal dan Liverpool. Arsenal tercatat musim itu di puncak klasemen selama 128 hari. Namun sejak bertemu Liverpool di Anfield pada Februari 2014, situasi menjadi berubah.
The Gunners dicukur The Reds 5-1. Mental anak asuh Wenger seketika anjlok. Terbukti dari sembilan pertandingan berikutnya, mereka hanya meraih dua kemenangan saja. Hal itulah yang menyebabkan Arsenal keluar dari persaingan perebutan juara.
📆 #OnThisDay in 2014.
Liverpool 5-1 Arsenal
Scintillating football! pic.twitter.com/VuT1wIPWM6
— The Redmen TV (@TheRedmenTV) February 8, 2022
Hal sebaliknya justru terjadi pada Liverpool. Mereka tak terkalahkan dalam 11 laga setelah ngebantai Arsenal. Mereka selama itu bahkan menjadi pemuncak klasemen dan diprediksi akan menjadi juara.
Namun apa daya, mental anak asuh Brendan Rodgers juga cupu. The Reds tersungkur di Anfield atas Chelsea 0-2 berkat kejadian fenomenal Steven Gerrard terpeleset. Kemudian hasil imbang 3-3 melawan Crystal Palace di laga selanjutnya, membuat Liverpool harus merelakan gelar juara Liga Inggris ke tangan Manchester City.
#OnThisBettingDay in 2014, Liverpool were odds-on to win the Premier League before their big game vs Chelsea where this happened…
The 2-0 correct score was 28/1 🍌
📹 @ChelseaFC #CFC pic.twitter.com/O6yudqXHLv
— BettingOdds (@BettingOddsUK) April 27, 2020
Liverpool 2018/19
Tak hanya sampai di situ, di musim 2018/19 pun kejadian hampir serupa menimpa Liverpool. Mereka musim itu kembali bersaing sengit dengan anak asuh Pep Guardiola.
Di bawah asuhan Jurgen Klopp, The Reds tercatat memimpin klasemen Liga Inggris musim itu selama 141 hari. Dan lebih ngerinya lagi, musim itu Liverpool hanya kalah sekali. Itu pun kalah atas Manchester City. Lho, kok bisa Liverpool yang kalah hanya sekali tapi nggak juara?
Titik muaranya ada pada laga melawan City di Etihad pada 3 Januari 2019. Sebelum laga itu, Liverpool masih unggul di puncak klasemen atas City dengan selisih tujuh poin. Namun, kekalahan 2-1 atas pasukan Pep membuat mental anak asuh Klopp seketika menurun.
🗓️ | ON THIS DAY in 2019
Manchester City 2-1 Liverpool
⚽️ Sergio Aguero (40′)
⚽️ Leroy Sane (72′)
—
⚽️ Roberto Firmino (64′)pic.twitter.com/hzDk0RuHyT— Bluescreen Warrior (@Bluescreen_MCFC) January 3, 2023
Buktinya di laga-laga berikutnya, The Reds malah sering seri. Seperti melawan Leicester, West Ham, MU, maupun Everton. Nah, hasil seri itulah yang buat mereka disalip City. Karena City mampu sapu bersih laga dengan kemenangan hingga akhir musim. Akhirnya, walaupun dengan perolehan poin maksimal 97, Liverpool harus merelakan gelar juara diambil City dengan selisih satu poin saja.
Arsenal 2022/23
Dan yang terakhir adalah apa yang terjadi di musim ini pada Arsenal. Padahal betapa hebohnya musim ini dikala ada perkataan, saatnya Arsenal meraih juara. Wajar saja perkataan itu ada. Pasalnya, The Gunners terhitung sudah 248 hari lamanya memuncaki Liga Inggris.
Namun lagi-lagi faktanya, mental juara Arsenal masih mentah. Faktor mental, cedera pemain, inkonsistensi performa para pemain inti, serta ditambah kedalaman skuad yang kurang mumpuni, menjadi beberapa faktor yang mengiringi kenapa Arsenal bisa oleng.
Is Arsenal’s title charge the biggest bottle in history? 🤔 pic.twitter.com/HMWLJR9utb
— talkSPORT (@talkSPORT) May 14, 2023
Keolengan Arsenal itu mulai terendus ketika melawan Liverpool yang juga sedang terpuruk pada 9 April 2023. Hasil imbang ketika melawan Liverpool, kemudian West Ham, dan Southampton, berhasil dimanfaatkan City. City semakin menggila, bahkan Arsenal mereka bantai 4-1 di Etihad.
Sudah selesai tuh Arsenal. Terbukti kekalahan berikutnya melawan Brighton serta Nottingham, membuat gelar seketika lenyap dari genggaman. Bahkan City berpesta sebelum memainkan tiga laga sisa.
Sumber Referensi : thefootballfaithfull, goal, sportsmole, sportsbrief