Bukan Premier League! Serie B Italia Liga Paling Kejam!

Pemecatan pelatih yang terjadi di beberapa klub Eropa dalam beberapa waktu belakangan ini tengah menjadi buah bibir. Premier League, selaku liga yang menjadi destinasi dari banyak pemain dan pelatih terbaik dunia, menjadi pihak yang paling banyak disorot.

Hingga pekan ke-29, sudah terjadi 18 kali pergantian manager dan caretaker dengan 12 di antaranya berupa pemecatan. Sepanjang sejarah Premier League, jumlah tersebut jadi rekor pemecatan pelatih terbanyak dalam satu musim kompetisi. Jika dibanding liga kasta teratas Eropa lainnya, jumlah tersebut juga jadi yang terbanyak di musim ini.

Akan tetapi, meski sudah 12 pelatih yang menjadi korban pemecatan, Premier League bukanlah liga paling kejam. Adalah Serie B, liga kasta kedua dalam piramida sepak bola Italia. Jumlah pelatih yang dipecat di Premier League tak ada apa-apanya jika dibanding Serie B Italia.

Oleh karena itu, jika kamu berpikir Premier League adalah liga yang paling kejam, bersiaplah untuk tercengang dengan apa yang terjadi di Serie B musim ini. Pasalnya, hingga pekan ke-31 saja, sudah terjadi 22 kali pergantian pelatih di Serie B Italia, dengan rincian 3 pelatih interim dan 19 pelatih permanen.

Ya, kamu tidak salah dengar. Jumlah tersebut memang terdengar tidak masuk akal, tetapi yang lebih tidak masuk akal lagi adalah beberapa alasan dibalik pemecatan tersebut.

Kekejaman Serie B: 17 Pemecatan dan 2 Pelatih Mundur dalam Semusim

Pelatih pertama yang kehilangan jabatannya di Serie B musim ini adalah Leandro Greco. Caretaker manager FC Sudtirol itu dipecat pada 9 Agustus 2022. Setelahnya, giliran Giacomo Gattuso yang diberhentikan dari kursi pelatih Como 1907 pada 8 September 2022.

11 hari kemudian, tepatnya pada 19 September 2022, ada 2 pelatih yang mendapat surat pemecatan. Fabrizio Castori yang dipecat Perugia dan Rolando Maran yang dipecat Pisa. Sehari setelahnya, giliran Fabio Caserta yang dipecat oleh Benevento.

Di bulan Oktober, empat pergantian pelatih kembali terjadi. Dimulai oleh Roberto Venturato yang dipecat SPAL pada 9 Oktober, Silvio Bandini yang mundur dari kursi pelatih Perugia pada 19 Oktober, serta Ivan Javorcic dan Davide Dionigi yang dipecat Venezia dan Cosenza pada 31 Oktober 2022.

Bulan November jadi masa yang cukup adem ayem. Hanya Cristiano Lucarelli yang dipecat oleh Ternana pada 26 November 2022. Sementara itu, di bulan Desember, terjadi 3 pemecatan di 3 klub berbeda. Dimulai oleh Alexander Blessin yang dipecat Genoa pada 6 Desember 2022, Fabio Liverani yang dipecat Cagliari pada 20 Desember 2022, dan Pep Clotet yang dipecat Brescia sehari setelahnya.

Sama seperti bulan November 2022, bulan Januari 2023 jadi masa yang cukup tenang di Serie B. Hanya terjadi 1 pemecatan, tepatnya pada 16 Januari 2023. Adalah Alfredo Aglietti oleh Brescia.

Kekejaman Serie B Italia mencapai puncaknya pada Februari kemarin. Sebanyak 6 allenatore kehilangan posisinya di bulan tersebut. Diawali oleh Cristian Bucchi yang dipecat Ascoli pada 4 Februari 2023. Di hari yang sama, Fabio Cannavaro juga didepak dari kursi pelatih Benevento. Dua hari kemudian, Pep Clotet kembali dipecat untuk kedua kalinya di musim ini dari kursi pelatih Brescia.

Kemudian pada 14 Februari 2023, giliran Daniele De Rossi yang didepak SPAL. Menyusul kemudian Davide Possanzini yang lagi-lagi dipecat oleh Brescia. Serangkaian pemecatan di liga kasta kedua Italia itu untuk sementara ditutup oleh mundurnya Aurelio Andreazzoli dari kursi pelatih Ternana pada 25 Februari 2023.

Total, sejauh musim ini berjalan, sudah 17 pelatih dibebastugaskan dari tugasnya dan 2 pelatih lainnya mengundurkan diri dari Serie B. Dari 20 kontestan, sudah 13 tim berganti pelatih. Ini jadi bukti betapa kejamnya Serie B Italia.

Keputusan Konyol di Serie B: Menunjuk Lagi Pelatih yang Sebelumnya Dipecat

Brescia jadi klub yang paling banyak memecat pelatih, yakni sebanyak 4 kali. Klub yang dimiliki oleh mantan pemilik Leeds United, Massimo Cellino itu memang begitu kejam. Namun, di sisi lain, mereka juga begitu konyol.

Pada awalnya, Brescia dilatih oleh Pep Clotet yang menggantikan Eugenio Corini yang dipecat di pre-season. Setelah menjalani 18 pertandingan dan menempatkan Brescia di urutan ke-10, ia dipecat dan digantikan oleh Alfredo Aglietti. Lucunya, 26 hari kemudian, Brescia memecat Aglietti dan memutuskan kembali menunjuk Pep Clotet. Mirisnya, Pep Clotet ditunjuk kembali hanya untuk dipecat lagi setelah 21 hari bekerja usai Brescia terjun ke peringkat 16.

Davide Possanzini kemudian diperkerjakan oleh Massimo Cellino. Namun, nasibnya tak jauh beda dengan Alfredo Aglietti, bahkan lebih parah. Ia hanya bertahan 13 hari saja setelah Brescia kembali merosot ke peringkat 19. Kini, Brescia ditangani oleh Daniele Gastaldello. Hasilnya, kini Brescia jadi juru kunci klasemen Serie B.

Sengkarut yang terjadi di Brescia itu bukan hanya sekadar akibat dari rentetan hasil buruk di atas lapangan, tetapi juga karena ulah sang presiden Massimo Cellino. Mantan owner Cagliari dan Leeds United itu memang sudah terkenal hobi memecat pelatih dan sering kali alasannya tidak masuk akal.

Seperti saat Brescia memecat Davide Possanzini. Cellino menyalahkan sang pelatih di depan timnya hanya karena ia ‘ingin bermain seperti Roberto De Zerbi, sementara Cellino berpendapat tim membutuhkan bola-bola panjang’. Karena ulahnya itulah, Cellino sampai harus mengunci diri di ruang ganti stadion usai timnya kalah dari Genoa di pekan ke-30. Hal tersebut dilakukan demi menghindari kemarahan ultras yang mengejar-ngejarnya.

Sebelas dua belas dengan Brescia, kondisi serupa juga menimpa Ternana. Ternana pada awalnya dilatih oleh Cristiano Lucarelli, pelatih yang sukses membawa mereka promosi dari Serie C dua tahun lalu. Namun, meski memulai musim 2022/2023 dengan cukup baik, Lucarelli dipecat usai Ternana hanya meraih 6 kemenangan dan menelan 4 kekalahan dalam 14 pertandingan.

Mantan pelatih Empoli, Aurelio Andreazzoli kemudian ditunjuk sebagai suksesor Lucarelli. Namun, hasilnya lebih buruk. Hanya meraih 3 kemenangan dan kalah 6 kali kalah dalam 12 pertandingan membuat Ternana terlempar dari 10 besar.

Andreazzolli kemudian mengundurkan diri dan menyarankan presiden Ternana, Stefano Bandecchi untuk kembali menunjuk Cristiano Lucarelli yang dianggapnya telah membuat keajaiban. Saran itu diamini sang presiden, Lucarelli kembali jadi pelatih Ternana.

Namun, sebelum itu, sengkarut terjadi antara fans dan presiden Stefano Bandecchi usai kekalahan kandang 1-2 dari Cittadella. Usai pertandingan yang membuat Andreazzoli mundur tersebut, Bandecchi terlibat adu mulut dengan fans yang meneriakinya. Di momen tersebut, Bandecchi mengakui telah meludahi fansnya sendiri. Ia enggan meminta maaf dan mengaku telah lebih dulu diludahi oleh fans sebanyak 3 kali di momen yang berbeda.

“Memang benar, saya meludahi para penggemar. Tetapi mereka meludahi saya terlebih dahulu. Saya menaruh uang untuk klub ini dan diludahi karenanya, jadi para penggemarlah yang harus mengubah sikap mereka,” kata Stefano Bandecchi dikutip dari Football Italia.

Sementara itu, meski tidak terjadi kekacauan seperti yang dialami Brescia dan Ternana, tetapi Perugia juga melakukan langkah konyol yang serupa. Setelah memecat Fabrizio Castori, Perugia menunjuk Silvio Baldini sebagai penggantinya.

Namun, belum genap sebulan, Baldini mundur. Ia merasa gagal setelah timnya kalah 3 kali beruntun. Untuk mengisi kembali kursi pelatih yang kosong, Perugia kembali menunjuk Fabrizio Castori.

Menunjuk kembali pelatih yang pernah mereka pecat seperti sudah menjadi kebiasaan buruk klub-klub Italia. Masalahnya, kebiasaan buruk tersebut tak hanya terjadi di Serie B saja, tetapi juga di seluruh kasta Liga Italia, termasuk Serie A yang menjadikan kebiasaan buruk tersebut seolah sudah mendarah daging.

Pemecatan seperti sudah menjadi santapan harian bagi penggemar klub-klub yang tengah berjuang di Serie B Italia. Acap kali, alasan di balik keputusan tersebut juga terbilang konyol.

Itulah mengapa kami menaruh Serie B sebagai liga plaing kejam, meskipun secara jumlah, EFL Championship lebih banyak mencatat pergantian pelatih. Sejauh ini, di kasta kedua Liga Inggris sudah terjadi 28 pergantian pelatih. Namun, dari jumlah tersebut hanya 16 di antaranya yang berstatus pemecatan manager permanen.

Ini berbeda dengan Serie B Italia yang sejauh ini sudah 17 kali terjadi pemecatan. Selain itu, di Championship juga tak terjadi penunjukan kembali pelatih yang sebelumnya dipecat, tidak seperti Serie B yang sudah seperti menjadi pemandangan lumrah.

Oleh karena itulah, jika diibaratkan peperangan, dengan iklim semacam itu, ada banyak pelatih di Serie B yang berakhir mati konyol. Dipecat tanpa sebab yang jelas, lalu ditunjuk kembali hanya untuk kembali dipecat secara tidak hormat. Sungguh sebuah siklus yang kejam dan melelahkan bukan?


Referensi: Transfermarkt, Football Italia 1, Football Italia 2, Football Italia 3, Ansa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *