Banyak kisah romantis yang terjadi dalam sepak bola. Romantisme dalam sepak bola kerap kali dibumbui kesetiaan yang tak melulu menuntut balasan prestasi. Dan di musim ini, kisah tersebut jadi milik Frank Schmidt.
Ini bukan kisah tentang loyalitas laiknya Marco Reus di Borussia Dortmund atau kisah perjuangan Urs Fischer bersama Union Berlin. Kisah tentang Frank Schmidt ini bahkan jauh lebih romantis ketimbang kesetiaan Christian Streich di SC Freiburg.
Frank Schmidt adalah pelatih dengan masa bakti terlama di dua divisi teratas Liga Jerman. Schmidt sudah 16 tahun menjadi pelatih dan seluruh karier kepelatihannya itu ia habiskan hanya bersama satu tim saja, yakni FC Heidenheim.
Kisah romantis Frank Schmidt bersama FC Heidenheim kemudian menjadi buah bibir. Bak dongeng, setelah mengabdi 16 tahun lamanya, Frank Schmidt berhasil mengantar FC Heidenheim, klub antah berantah setingkat kecamatan, promosi ke Bundesliga Jerman untuk pertama kalinya sepanjang sejarah.
FC Heidenheim, Klub Antah Berantah Setingkat Kecamatan
Ya, percaya atau tidak, FC Heidenheim hanyalah klub setingkat kecamatan. Mereka memang klub sepak bola terbesar di distrik Heidenheim, negara bagian Baden-Württemberg di Jerman selatan. Namun, Heidenheim an der Brenz hanyalah sebuah kota kecil yang populasi penduduknya bahkan tak sampai 50 ribu jiwa.
Sudah tak terkenal, FC Heidenheim yang sekarang juga bisa dibilang sebagai reinkarnasi dari beberapa klub yang terbentuk di wilayah Heidenheim an der Brenz. VfB Heidenheim yang berdiri pada 1910 bisa dibilang sebagai cikal bakalnya. VfB Heidenheim didirikan oleh para insinyur yang bekerja di Voith Group, sebuah perusahaan multinasional yang bergerak di industri teknologi.
Pada tahun 1972, VfB Heidenheim melakukan merger dengan TSB Heidenheim dan menghasilkan Heidenheimer Sportbund, sebuah asosiasi olahraga yang menaungi 24 departemen, salah satunya sepak bola.
Hingga akhirnya, pada tahun 2007, departemen sepak bola memisahkan diri dari Heidenheimer Sportbund. Di tahun itulah FC Heidenheim yang kita kenal sekarang ini terbentuk. Artinya, secara legalitas nama dan badan hukum, FC Heidenheim baru terbentuk pada 17 September 2007.
Ketika klub sepak bola ini terbentuk dan bersiap mengarungi musim 2007/2008 di Oberliga atau divisi 5 Liga Jerman, Frank Schmidt ditunjuk sebagai pelatihnya. Sejak saat itulah kisah romantis antara Frank Schmidt bersama FC Heidenheim dimulai.
Rahasia Frank Schmidt Bisa Langgeng 16 Tahun di Heidenheim
Keberadaan Frank Schmidt tak bisa dilepaskan dari sejarah Heidenheim. Schmidt lahir dan besar di Heidenheim. Konon katanya, rumah Frank Schmidt hanya berjarak sepelemparan batu dari markas Heidenheim.
Meski pernah menembus timnas Jerman U-15 hingga U-20, tetapi karier sepak bola Frank Schmidt bisa dibilang sederhana. Berposisi sebagai bek, karier mantan pemain akademi FC Nurnberg itu dihabiskan di beberapa klub seperti Greuther Fürth, Wiener SC, First Vienna FC, Alemannia Aachen, hingga Waldhof Mannheim.
Jodoh memang tak akan kemana. Di akhir kariernya, Frank Schmidt pulang kampung dan membela Heidenheimer Sportbund dari 2003 hingga 2007. Tak lama setelah pensiun, Heidenheim yang tengah melakukan restrukturisasi menunjuk Franck Schmidt sebagai pelatih utama.
Pada awalnya, Frank Schmidt tak benar-benar ingin menjadi pelatih. Oleh karena itu, bos Heidenheim Holger Sanwald hanya menyuruh Schmidt untuk melatih klub dalam 2 pertandingan saja. Siapa sangka, Heidenheim bermain bagus. Schmidt kemudian mendapat kontrak sebagai pelatih tetap yang terus diperbarui dalam jangka waktu yang panjang.
Kisah antara Frank Schmidt dan FC Heidenheim ini bisa dibilang seperti gim football manager. Mengambil alih klub kecil, memulai dari divisi terbawah, hingga menamatkannya di kasta teratas. Bedanya, apa yang dilakukan Frank Schmidt nyata terjadi.
Schmidt memulai karier bersama FC Heidenheim di divisi 5 Liga Jerman. Baru semusim, ia langsung membawa Heidenheim promosi ke Regionalliga Sud. Lagi-lagi, mereka hanya semusim di divisi 4 dan langsung juara untuk promosi ke Liga 3.
Tak lama setelah membawa Heidenheim menembus Liga 3, Frank Schmidt menyelesaikan kursus pelatihan DFB pada tahun 2011. Ia satu angkatan dengan Markus Gisdol, Roger Schmidt, hingga Sven Mislintat di Hennes-Weisweiler Academy.
Setelah 5 musim berjuang di Liga 3, FC Heidenheim berhasil juara di musim 2013/2014. Kala itu, Frank Schmidt membawa Heidenheim promosi ke 2.Bundesliga, melangkahi RB Leipzig dengan modal agresivitas gol yang lebih banyak.
FC Heidenheim memang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk promosi ke Bundesliga. Maklum, mereka bukan Leipzig ataupun Hoffenheim yang sudah kaya sejak lahir. Meski disponsori oleh perusahaan multinasional sebesar Voith, Heidenheim hanyalah klub kecil tanpa investor asing yang masih dikendalikan secara tradisional.
Frank Schmidt paham betul kondisi klub yang ia cintai. Heidenheim dan Frank Schmidt juga tak memiliki ekspektasi tinggi. Sekitar 10 tahun yang lalu, Schmidt malah pernah bilang, “Demi Tuhan, di Heidenheim, tidak ada yang membicarakan Bundesliga.”
Tidak masalah juga bagaimana tim bermain, fans bisa memaklumi. Bisa mencapai play-off promosi di musim 2019/2020 saja sudah menjadi hal yang sangat istimewa. Ya, di musim 2019/2020, FC Heidenheim sudah nyaris menembus Bundesliga. Sayangnya, usaha mereka digagalkan Werder Bremen. Kegagalan lantas tak membuat Heidenheim dan Frank Schmidt pecah kongsi.
Rahasia langgengnya hubungan FC Heidenheim dan Frank Schmidt adalah fakta kalau Schmidt sendiri merupakan bagian dari komunitas dan klub itu sendiri. Membayangkan Heidenheim tanpa Frank Schmidt rasanya mustahil. Holger Sanwald bahkan pernah berkelakar kalau Schmidt boleh memiliki kontrak seumur hidup di Heidenheim.
Sebagai pelatih, Schmidt juga sukses membuat hubungan yang baik dengan seluruh lapisan klub, termasuk para pemainnya. Schmidt tahu bagaimana cara berbicara dan memotivasi pemainnya. Man-management adalah keahliannya. Kemampuannya membangun atmosfer tim bahkan disejajarkan dengan Jurgen Klopp.
Tanpa modal uang yang banyak, skuad yang bertabur bintang, bahkan skill taktik yang biasa saja, Schmidt menciptakan sebuah tim yang disatukan oleh mentalitas yang kuat.
Frank Schmidt dan Heidenheim Promosi ke Bundesliga dengan Cara Dramatis
Jerih payah Frank Schmidt membangun FC Heidenheim akhirnya terbayarkan di musim ini. Setelah berjuang 9 tahun lamanya di 2.Bundesliga, Heidenheim memiliki peluang promosi yang amat besar di musim ini.
Namun, Heidenheim dan Frank Schmidt sepertinya lebih menyukai cara yang lebih dramatis untuk naik kasta ke Bundesliga. Mereka seperti ingin menciptakan sebuah dongeng promosi terbaik sepanjang sejarah Bundesliga.
Di laga pekan terakhir kontra Jahn Regensburg, tuan rumah FC Heideheim tertinggal 1-2 saat pertandingan sudah memasuki menit ke-90. Situasi tersebut kemudian dirayakan oleh pendukung Hamburg yang di laga lain menang 1-0 di kandang SV Sandhausen. Pendukung Hamburg bahkan sudah berpesta di kandang Sandhausen karena berkat hasil tersebut Hamburg berhasil menyalip Heidenheim untuk meraih tiket promosi langsung.
Namun, keajaiban terjadi di Voith-Arena ketika memasuki masa injury time. Wasit memberi tambahan waktu 11 menit. Di masa itulah, gol dari Jan-Niklas Beste dan Tim Kleindienst berhasil membawa Heidenheim comeback dan menang dramatis dengan skor 3-2.
Hasil tersebut membuat pesta pendukung Hamburg menjadi hampa. Sebaliknya, kemenangan memicu Heidenheim dan para pendukungnya menggelar perayaan meriah.
Akhirnya, setelah 586 pertandingan dan 5.733 hari, Frank Schmidt sukses membawa FC Heidenheim, klub setingkat kecamatan yang begitu ia cintai, menembus Bundesliga Jerman untuk pertama kalinya sepanjang sejarah klub.
Keajaiban ternyata tak sampai di situ saja. Di luar dugaan, Darmstadt terpeleset di kandang Greuther Fürth. Heidenheim yang mengumpulkan poin yang sama dengan Darmstadt kemudian berhak menjuarai 2.Bundesliga musim ini berkat catatan agresivitas gol yang lebih baik.
Artinya, Frank Schmidt tak hanya sukses mengantar FC Heidenheim promosi ke Bundesliga, melainkan juga memenangi 2.Bundesliga. Sebuah kisah promosi ter-epik dalam sejarah Liga Jerman.
Kisah Dongeng FC Heidenheim Berlanjut ke Bundesliga Musim Depan
Kisah bak dongeng antara FC Heidenheim dan Frank Schmidt ini bakal berlanjut di Bundesliga musim depan, tempat yang dulu bahkan tak berani mereka impikan.
Musim depan, Heidenheim bakal jadi mantan klub divisi 5 setelah RB Leipzig yang mentas di Bundesliga. Namun, tak seperti Leipzig, Heidenheim bakal jadi semacam klub liliput di Bundesliga.
Markas mereka, Voith-Arena hanya berkapasitas 15 ribu, paling kecil di antara kontestan lainnya. Skuad Frank Schmidt sendiri juga jadi yang paling murah. Musim ini, skuad FC Heidenheim hanya bernilai €20,4 juta dan berada di urutan kesembilan di antara klub 2.Bundesliga lainnya.
Berisi banyak pemain lokal, skuad Heidenheim juga tak terkenal. Dua andalan Frank Schmidt di lini depan adalah dua mantan penggawa Jerman U-20, yakni Tim Kleindienst yang subur dengan 25 gol dan Jan-Niklas Beste yang produktif dengan 12 gol dan 12 asis.
Mantan pemain Jerman U-20 lainnya, Kevin Müller jadi palang pintu terakhir yang diandalkan Frank Schmidt. Müller jadi kiper dengan catatan kebobolan terbaik kedua di 2.Bundesliga musim ini.
Selain mereka, beberapa pemain andalan Frank Schmidt lainnya tergolong pemain buangan. Seperti Lennard Maloney dan Patrick Mainka yang direkrut dari Borussia Dortmund. Namun, seperti yang pernah dikatakan Frank Schmidt, “kartu truf terbesar kami adalah ikatan tim dan mentalitas kami”.
Kisah Frank Schmidt dan FC Heidenhem musim ini adalah contoh sukses dari romantisme dalam sepak bola. Schmidt telah menunjukkan kalau kesetiaan juga bisa menghasilkan prestasi, asalkan sabar dan tak berhenti menyerah.
Schmidt juga telah menunjukkan sesuatu yang nyaris mustahil dalam sepak bola. Mengambil alih klub kesayangan, membangunnya dari nol, memulai kompetisi dari level terbawah, hingga akhirnya sampai pada tempat yang didamba-dambakan banyak orang. Rasanya, untuk saat ini, tidak ada kisah romantis dalam sepak bola yang lebih indah ketimbang dongeng Frank Schmidt dan FC Heidenheim.
“Saya menyadari hanya sedikit orang di Jerman yang mampu mengejar karier ini. Itulah mengapa saya bangun setiap hari dengan perasaan senang karena saya bisa mengejar karier ini,” kata Frank Schmidt dikutip dari The Analyst.
Referensi: DW, Bundesliga, Opta, DW, Bundesliga.