
Ingatkah kamu dengan wasit berkepala plontos dan bermata tajam yang satu ini? Benar, ia adalah Pierluigi Collina. Wasit dengan wajah serupa bromocorah ini namanya naik lagi setelah mencuat kabar kalau Ketua Umum PSSI, Erick Thohir ingin mendatangkannya ke Indonesia.
Collina menjadi salah satu wasit yang paling disegani di dunia. Bahkan sosoknya barangkali menjadi yang paling diingat di antara wasit-wasit lain sezamannya, seperti Roberto Rosetti, Urs Meier, Merkus Merk, Anders Frisk, sampai Graham Poll. Sudah lama Collina tidak memimpin pertandingan lagi.
Namun, mengapa Ketum PSSI kesayangan kita ini memanggil Collina ke Indonesia? Apakah mungkin untuk menggembleng para wasit seperti Iwan Sukoco? Kalau begitu, sehebat apa Pierluigi Collina?
Erick Thohir Datangkan Pierluigi Collina
Permintaan Erick Thohir agar FIFA mengirim Collina ke Indonesia dilandasi banyak hal, terutama upaya badan sepak bola dunia itu membantu sepak bola Indonesia yang jarang-jarang membahagiakan. Selain itu, FIFA juga mengaku kaget dengan hasil seleksi wasit di Indonesia.
Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru, Ferry Paulus, sebagaimana dikutip CNN Indonesia, menjelaskan bahwa FIFA terkejut dengan hasil seleksi wasit di Indonesia, yang mana dari 161 wasit yang menjalani seleksi, hanya ada 18 wasit yang pantas memimpin laga di kompetisi kasta tertinggi liga Indonesia. Wasit ikonik macam Iwan Sukoco bahkan tidak lolos.
KAGET
Jelang kick-Off Liga 1 pada tanggal 1 Juli nanti, perwakilan FIFA datang ke Indonesia untuk melakukan seleksi wasit yang memimpin.Hasilnya, dari 160 lebih wasit yang mengikuti tes cuma 18 orang saja yang lolos. 😐
🗣️”Hanya memang teman-teman dari FIFA itu agak terkejut… pic.twitter.com/WmDrk9qx0H
— Extra Time Indonesia (@idextratime) June 22, 2023
Namun, hal itu dibantah oleh Erick Thohir. Menurut laporan dari media yang sama, Ketum PSSI menjelaskan bahwa maksudnya dari 55 wasit, yang lolos seleksi adalah 28. Peringkat 1-18 akan memimpin liga teratas, sedangkan sisanya akan memimpin Liga 2.
Jika kamu melihat ada ketidaksinkronan data antara Erick Thohir dan PT LIB, mestinya tidak perlu kaget. Sebab, ya, begitulah kualitas administrasi dalam negeri. Well, balik lagi ke Collina. Tujuan Bung Erick mengangkutnya tentu saja untuk memperbaiki kualitas wasit di Indonesia.
Mengutip laporan Kompas, Collina rencananya akan memberikan pelatihan dan menyuplai semangat kepada wasit-wasit di Indonesia. Ketum PSSI sendiri sudah menyurati FIFA untuk mengekspedisikan Collina ke Indonesia.
Menurut Erick, kedatangan Collina akan membawa pengaruh besar bagi wasit di Indonesia. Memangnya, perihal kehebatan, sehebat apa sih, wasit asal Italia yang satu ini? Apa yang bikin Collina amat sangat disegani sampai-sampai dilirik Erick Thohir?
Erick Thohir tengah membenahi kualitas wasit di Indonesia yang sering jadi sorotan di Liga Indonesia. Makanya PSSI ingin mendatangkan Komite Wasit FIFA, Pierluigi Collina.#PSSI #Liga1 #Liga2 #Liga3 pic.twitter.com/F1GsrbhtDb
— GOAL Indonesia (@GOAL_ID) June 22, 2023
Karier Collina
Sebelum menjadi wasit, pria gundul kelahiran Bologna, Italia ini tak punya hasrat untuk mendalami dunia perwasitan. Malahan mimpi Collina adalah menjadi pesepakbola profesional. Akan tetapi, Collina menyadari kalau mimpinya tidak masuk akal ketika usianya 17 tahun.
Maka dari itu, alih-alih menjadi pesepakbola profesional, ia disarankan oleh seorang teman untuk mengikuti kursus wasit. Ia pun memulai karier di liga bawah Italia, sampai akhirnya dipromosikan untuk memimpin pertandingan Serie A tahun 1991. Pria bertinggi 188 cm ini punya penampilan yang khas, yaitu botak.
Namun, gundulnya itu bukan gundul sembarang gundul, melainkan memang tidak bisa tumbuh rambutnya. Collina mengidap penyakit alopecia atau kebotakan.
#15dicembre: è il 1991 e la Serie A conosce il più grande arbitro di sempre. Il volto non lo dimentichi, meglio non farlo arrabbiare (vero Repka?): è Pierluigi Collina. Al suo esordio, un Verona-Ascoli di 30 anni fa, espelle Massimo Piscedda, giusto per mettere le cose in chiaro. pic.twitter.com/aZlyow4bxx
— Valerio Barretta (@BarrettaValerio) December 15, 2021
Karakter dan Kemampuannya
Collina menjelma sosok wasit terhormat karena kepribadiannya. Ketika mengikuti kursus wasit, Collina juga mengikuti wajib militer. Lewat itulah, karakternya yang keras terbentuk. Collina juga berubah menjadi pribadi yang sangat disiplin.
Collina digambarkan sebagai sosok wasit yang tak pernah takut pada siapa pun. Jangankan dengan pemain Liga Indonesia yang hobi pencak silat di atas lapangan, menghadapi pemain seperti Roberto Baggio dan Paolo Maldini pun ia tidak takut sama sekali.
Pierluigi Collina, Gianluca Vialli and Roberto Baggio. pic.twitter.com/LAHjvrCQ08
— 90s Football (@90sfootball) January 23, 2022
Selain tidak mudah terintimidasi oleh para pemain di atas lapangan, barangkali Collina adalah sosok yang benar-benar menerapkan filosofi “Berani tidak Disukai” dan seni untuk bersikap bodo amat. Ia kebal akan cacian, hinaan, makian, sumpah serapah dari publik atas keputusannya yang terkadang juga kontroversial.
Disamping karakternya yang intimidatif, Collina punya segudang kemampuan yang menunjang pekerjaannya. Pria yang satu ini menguasai empat bahasa: Inggris, Spanyol, Prancis, dan Italia. Hal itu memudahkannya berkomunikasi dan memahami setiap perkataan pemain atau lawan bicara.
You didn’t mess with Pierluigi Collinapic.twitter.com/kI0qi2eQaf
— My Greatest 11 (@MyGreatest11) December 28, 2022
Perjalanan Karier Collina
Wasit yang juga dijuluki Sersan Kojak ini mulai memimpin pertandingan besarnya justru langsung partai final. Yaitu menjadi wasit di laga final Olimpiade 1996. Karier Collina juga semakin meningkat sejak saat itu. Namanya makin ranum ketika menjalani debutnya di Piala Dunia 1998.
Collina juga memimpin final Liga Champions 1999 yang ikonik. Ia mengaku bangga sekali bisa memimpin laga tersebut. Final Liga Champions 1999 antara Bayern Munchen vs Manchester United baginya adalah pertandingan terbaik yang dikenangnya.
UEFA Champions League (@ChampionsLeague) Tweeted:
Pierluigi Collina remembers the 1999 UCL final as well as #priceless moments by Ronaldinho & Ronaldo 🇧🇷 🥰#UCLfinal | #UCL | @mastercard pic.twitter.com/QIxYTjpCGc (https://t.co/663KJTtRSz)— Nuur A Y (@nuur_younes) May 17, 2021
Collina menyaksikan secara langsung bagaimana comeback paling dramatis di dunia sepak bola. “Dua menit terakhir, saya melihat pemain Bayern bersiap untuk dari bangku cadangan. Namun, dalam dua menit Manchester United bisa mencetak gol dan mengubah keadaan,” katanya.
Tidak hanya final Liga Champions 1999, Collina juga memimpin final Piala Dunia 2002. Final antara Jerman vs Brasil itu dimenangkan oleh Tim Samba dengan skor 2-0 berkat dua gol Ronaldo. Pada pertandingan itu, Collina menjadi wasit yang sempurna dan mendapat tepuk tangan dari para penonton.
Prestasi Pierluigi Collina
Karena reputasi apiknya sebagai seorang wasit, Collina pun diganjar beragam penghargaan dan prestasi. Media kenamaan yang menginisiasi Ballon d’Or, France Football pernah menobatkan Collina sebagai wasit terbaik sepanjang sejarah.
Tidak cukup sampai di situ, Collina juga pernah memperoleh penghargaan sebagai wasit terbaik di dunia antara tahun 1998 sampai 2005 oleh International Federation of Football History and Statistics atau IFFHS. Pierluigi Collina juga menjadi satu-satunya wasit yang pernah menjadi cover video game sepak bola sejagat, yaitu Pro Evolution Soccer 3.
Pierluigi Collina on the cover of PES 3, because he was just that cool. #bbcsportsday pic.twitter.com/8VeYMXY0jn
— Pro Evo Network (@ProEvoNetwork) March 21, 2017
Bayangkan! Biasanya para pemain top dunia yang akan menjadi cover tersebut. Namun, pihak pengembang justru memilih seorang wasit sebagai cover video game. Sosoknya yang meraih penghargaan wasit terbaik selama kurang lebih tujuh tahun oleh IFFHS menginspirasi konfederasi sepak bola Eropa atau UEFA untuk membentuk kepala wasit.
Dan Pierluigi Collina yang mengambil jabatan itu pada tahun 2010. Ia mengambil posisi tersebut sembari merangkap jabatan sebagai konsultan Asosiasi Wasit Sepak bola Italia. Well, perjalanan wasit yang satu ini sebenarnya tidak selamanya mulus. Sebelum gelaran Piala Dunia 2006, Collina sejatinya hendak pensiun.
Namun, federasi sepak bola Italia memperpanjang usia pensiunnya selama setahun lagi. Setidaknya agar ia bisa memimpin Piala Dunia 2006. Namun, sungguh sayang, adanya konflik kepentingan terkait kesepakatan sponsorship membuat Collina memilih mundur dan gantung peluit.
Pertandingan kualifikasi Liga Champions antara Villarreal vs Everton 24 Agustus 2005 menjadi laga terakhirnya. Setelah pensiun, Collina mengambil jabatan di UEFA dan FIFA. Ketika ditunjuk sebagai Presiden Komite Wasit FIFA, Collina mendukung penerapan VAR di Piala Dunia 2018.
Kini kabarnya Collina masih menduduki jabatan itu. Pengalamannya di belantika wasit plus jabatan pentingnya di FIFA itu akhirnya mendorong Erick Thohir untuk meminta FIFA mengirim Collina ke Indonesia. Apakah kehadiran Collina bisa bikin wasit Indonesia lebih baik? Kita lihat saja nanti.
Sumber: Bitbol, HOS, Sportbibble, Sportsbrief, Kompas, CNNIndonesia, Fandomid