
Pada 2021 pelatih Real Madrid, Carlo Ancelotti menegaskan kalau timnya harus beralih dari formasi 4-4-2 ke 4-3-3. Ini demi kebaikan klub. Ancelotti yang awalnya penyuka formasi 4-4-2 mau tak mau, sudi tidak sudi, mesti meninggalkan formasi tersebut.
Apalagi ketika ia menggunakan formasi itu Real Madrid keok saat melawan Espanyol 2-1. Ancelotti sudah mencoba bertahan dengan 4-4-2 tapi tidak berjalan dengan baik.
Apa yang dialami Don Carlo hanya sekelumit kisah tentang bagaimana formasi 4-4-2 yang melegenda itu mulai ketinggalan zaman. Kejamnya perkembangan sepak bola pelan namun pasti menggerus eksistensi formasi tersebut.
Pertanyaannya, mengapa hal itu terjadi? Apa yang bikin formasi 4-4-2, tentu saja yang dimaksud adalah yang versi flat, kini mulai jarang dipakai padahal dulu berjaya? Mari kita membahasnya bersama-sama.
Awal Mula
Sebelum menjawab pertanyaan itu kita mesti tahu dulu, dari mana formasi 4-4-2 itu berasal? Siapa yang memunculkan ide itu untuk pertama kalinya? Well, banyak orang mengenal mantan pelatih AC Milan, Arrigo Sacchi yang mempopulerkan formasi ini. Tentu ini tidak salah.
Sacchi memang seorang pelatih yang kesuksesannya saat melatih Rossoneri telah melegenda. Arrigo Sacchi dengan formasi 4-4-2-nya berhasil mengantarkan setidaknya dua trofi Liga Champions dan satu Scudetto untuk AC Milan.
But the challenge is to play the famous, tight, Arrigo Sacchi 4-4-2. The 9798 tactics doesn’t quite allow it so gonna have to take some small liberties. Should be fun though pic.twitter.com/rwxGeD3F1B
— 9798 Nik (@9798Nikolai) February 9, 2023
Formasi itulah yang kemudian diturunkan Sacchi ke murid-muridnya. Salah satunya yang disebut di awal. Namun jika ditelisik bukan Sacchi yang menemukan formasi 4-4-2. Formasi tersebut sejatinya muncul dari pengembangan formasi 4-2-4 yang lahir di pertengahan abad ke-20.
Timnas Brasil memenangkan Piala Dunia pertamanya tahun 1958 menggunakan formasi ini, dengan Vicente Feola berada di balik kemudi. Formasi itu memikat lagi setelah pemain yang memenangkan Piala Dunia 1958, Mario Zagallo melatih Brasil dan mengantar tim itu juara Piala Dunia 1970.
Variasi 4-2-4 kian berkembang. Salah satu yang mencoba mengutak-atiknya adalah pelatih Rusia, Viktor Maslov. Orang inilah yang menemukan skema 4-4-2 yang sedang kita bicarakan.
Regarding managers who changed the game, we mostly talk about Sir Alex & his ability to re-invent, Sir Matt & his defiance against adversity, Johan Cruyff & his total football, Arrigo Sacchi & his impact on Italian football
But we often forget Viktor Maslov, the man behind 4-4-2 pic.twitter.com/LLyYq0b0Pl
— Red Marrow (@RedMarrow_) March 12, 2023
Cara Kerja 4-4-2
Maslov membuat dua pemain sayap dalam 4-2-4 mundur sejajar dengan dua gelandang tengah. Sederhananya formasi 4-4-2 flat yang dikembangkan Maslov membebani lini tengah dengan jumlah yang lebih sedikit. Formasi ini juga membuat tekanan tim lebih terorganisir.
Sementara itu, dua striker tengah di depan bertugas untuk menahan bek tengah lawan. Tujuannya untuk memberikan ruang bagi para pelari di lini tengah, dalam hal ini dua pemain sayap. Sehingga dua striker ini bisa menciptakan peluang atau bahkan mengkonversinya menjadi gol.
Dua sayap dari lini tengah akan menyerang jantung pertahanan lawan dari area sayap. Mencoba untuk memanfaatkan lebar lapangan dan ujungnya bisa mengirim umpan silang. Dalam formasi ini, dua fullback juga bisa melakukan overlap untuk mengirim umpan silang atau bahkan melakukan cut-back.
Nah, yang menarik dari formasi ini adalah peran dua gelandang di tengah. Biasanya gelandang yang dipakai adalah yang memiliki kemampuan passing minimal seperti Luka Modric. Sementara gelandang yang satunya lagi bisa berperan sebagai gelandang box-to-box.
Pada prinsipnya formasi 4-4-2 klasik ini bertumpu pada dua penyerang di tengah. Merekalah yang bertugas menciptakan ruang bagi pemain lain. Biasanya dari dua penyerang itu ada satu yang bertugas untuk turun menjemput bola.
Kesuksesan Formasi 4-4-2
Viktor Maslov yang menemukan formasi itu merengkuh kesuksesan bersama Dynamo Kyiv yang dibawanya tiga kali juara liga berturut-turut di akhir 1960-an. Selain Maslov tentu saja Arrigo Sacchi. Pria kelahiran Fusignano, Italia itu merengkuh Liga Champions, Scudetto, Piala Super Eropa, Piala Super Italia, sampai Piala Interkontinental berkat formasi itu era 1980-an.
#ThrowbackThursday – When Carlo Ancelotti held aloft the #UCL trophy as player in 1989 with AC Milan.
His Coach and Mentor, the great Arrigo Sacchi referred to Carlo as the “conductor of the orchestra” in his back-to-back European cup winning teams of 1989 and 1990. Legend. pic.twitter.com/xoItpBLSgj— Manna Kalu (@NnannaOKalu) May 5, 2022
Pelatih berkepala plontos itu didukung pemain yang kapabel dengan formasinya. Sacchi dianugerahi dua gelandang hebat yang kini menjadi pelatih hebat: Frank Rijkaard dan Carlo Ancelotti. Tidak hanya itu, Sacchi juga punya Ruud Gullit dan Van Basten, dua striker pilih tanding.
Manajer paling disegani Manchester United, Sir Alex Ferguson juga sukses dengan formasi ini di era 1990-an. Fergie punya dua striker yang bergantian keluar-masuk, Andy Cole dan Dwight Yorke.
Ia juga punya pemain tengah seperti David Beckham dan Ryan Giggs, serta pemain sayap eksplosif dalam diri Jesper Blomqvist. Treble bersejarah tahun 1999 menjadi buktinya.
Sir Alex Ferguson. English treble winner. pic.twitter.com/NL0PQ7BacB
— Man Utd Channel (@ManUtdChannel) February 19, 2018
Arsenal juga berhasil merajut kisah Invincibles berkat formasi 4-4-2 Arsene Wenger dengan memiliki tulang punggung solid seperti Ljungberg dan Robert Pires di sayap. Ditambah Dennis Bergkamp dan Thierry Henry di depan.
Mulai Jarang Pemain yang Cocok
Formasi 4-4-2 klasik lambat laun lenyap. Wenger yang kehilangan beberapa pemain intinya mengubah formasinya menjadi 4-2-3-1 atau 4-3-3. Perubahan paling nyata terjadi di Premier League. Kehadiran Jose Mourinho yang melatih Chelsea membuyarkan kesuksesan 4-4-2. Ia yang punya striker target man seperti Didier Drogba menggeser popularitas 4-4-2 dengan 4-2-3-1.
Formasi 4-4-2 klasik pun mulai jarang dipakai seiring sedikitnya stok pemain yang kompatibel dengan formasi itu. Formasi ini membutuhkan dua bek tengah yang satu bertahan dan satunya lagi bertugas menyapu. Sekarang tugas itu diberikan ke penjaga gawang.
Formasi ini juga membutuhkan bek kanan dengan kekuatan kaki kanan dan bek kiri dengan kekuatan kaki kiri. Ada pemain seperti itu, tapi sekarang sulit untuk mendapatkannya. Justru sekarang mulai banyak bek dengan kekuatan kaki sebaliknya. Khusus bek kiri berkaki kiri bahkan menjadi posisi yang langka.
César Azpilicueta #CFC pic.twitter.com/dT8NukaJzX
— CFC Pics (@Mohxmmad) April 7, 2023
Tuntutan Sepak bola Modern
Tuntutan sepak bola modern memaksa formasi 4-4-2 klasik perlahan mulai hilang. Formasi ini dianggap sudah ditelan zaman. Apalagi sepak bola sekarang melakukan build-up dari bawah, melakukan umpan dari kaki ke kaki. Sedikit pelatih yang kini mengandalkan gelandang sayap yang menyerang dari lebar lapangan.
Misalnya Unai Emery. Ia adalah pengguna 4-4-2. Namun alih-alih membiarkan gelandang sayap bergerak di ruang wide area, Emery meminta mereka untuk mengisi ruang half space di belakang dua striker. Formasinya pun terlihat 4-2-2-2 bukan lagi 4-4-2.
✅Aston Villa Build up Tactics
■Unai Emery’s 4-2-2-2 Build up
– How to use inside wingers?
– A diamond shape to keep the ball & drawing the opponents out
– Dragging out or pinning the opposition FBs#AstonVilla #AVLLIV pic.twitter.com/VBqB9lXLOf— Football Bunseki (@Footballbunseki) December 26, 2022
Lagi pula formasi 4-4-2 sangat menuntut kedisiplinan dan kerja keras. Gelandang sayap tidak hanya cepat menyerang tapi juga dituntut melindungi dua fullback. Tim yang memakai formasi ini akan cenderung defensif dan karena itu mudah dieksploitasi.
Kelemahan lainnya tim dengan formasi ini akan rentan dikuasai di lini tengah. Dua gelandang bisa saja akan menghadapi tiga atau bahkan lima pemain tengah lawan.
Berevolusi
Formasi ini akhirnya mesti berevolusi. Diego Simeone dulu pernah menerapkan skema ini dan berhasil meredam tekanan, memperlambat permainan, dan melakukan serangan balik. Buktinya dua gelar La Liga dan dua trofi Liga Eropa didapat. Tapi belakangan Simeone pun berevolusi.
Simeone mulai meninggalkan 4-4-2 flat dan belakangan ini menjadi 5-3-2. Ini berfungsi menghindari kalah jumlah di lini tengah. Adapun formasi 4-4-2 flat atau klasik juga berevolusi menjadi 4-4-2 diamond. Ini pernah dipakai oleh Brendan Rodgers di Liverpool.
Franco Baresi Jagokan Claudio Ranieri Sebagai Pelatih Terbaik Dunia 2016 https://t.co/yuUeLbzGkd pic.twitter.com/tXBX1s8d9e
— RedS Army (@redsurrection) December 8, 2016
Claudio Ranieri saat membawa Leicester juara Liga Inggris juga berhasil mengevolusi formasi ini. Formasi 4-4-2 juga berevolusi ke 4-2-3-1. Skema yang kini cukup populer ini dianggap lebih sakti karena menempatkan lima pemain di lini tengah.
Pelatih Barcelona, Xavi terus terang tidak menyukai formasi 4-4-2. Ketika Barcelona di eranya diminta lebih defensif dengan mengadopsi formasi itu, Xavi terang menolaknya. Alih-alih 4-4-2, Xavi lebih suka pola tiga bek dengan 3-4-3 atau 4-3-3 jika ingin lebih bertahan.
Sumber: Tribuna, Quora, Sportscafe, PunditArena, Sportskeeda, Football-Espana, CoachesVoice