Wajib Tahu! Fakta Unik Dibalik Final Liga Champions Musim 2022/23

Selamat bagi Inter Milan dan Manchester City yang sudah melaju ke final Liga Champions 2022/23. Perjuangan keras kedua tim dari babak grup hingga partai puncak, patut untuk diapresiasi.

Bicara soal partai puncak, pasti akan banyak sekali analisis yang menjawab bagaimana peluang dari kedua tim. Namun, yang lebih menarik selain itu cerita di balik terjadinya pertemuan antara dua tim. Final di Istanbul musim ini cenderung unik. Lantas, apa saja keunikan di balik pertemuan kedua tim ini di final?

Buta Akan Head To Head

Yang pertama dari segi head to head. Keduanya belum pernah bertemu di laga kompetitif. Meski sudah bertahun-tahun berdiri. Entah belum pernah berjodoh atau bagaimana, ini adalah pertemuan pertama dan tak tanggung-tanggung bertemunya di final Liga Champions. Maka dari itu, kedua tim masih sama-sama buta akan kekuatan timnya masing-masing.

Menang Dengan Skor Yang Sama

Meski demikian, ternyata kedua tim ini pernah bertemu di laga persahabatan dua kali. Menurut Sofascore, pertemuan tersebut terjadi pada Agustus tahun 2010. Ketika itu adalah laga dihelat di M&T Bank Stadium, Amerika Serikat. Laga yang juga bertajuk tur pramusim itu, akhirnya dimenangkan oleh Inter 3-0. Gol Inter dicetak Victor Obinna, own goal dari Joleon Lescott, dan satu gol dari Cristiano Biraghi.

Inter ketika itu baru diasuh Rafael Benitez yang menggantikan Jose Mourinho setelah meraih treble winner. Sedangkan Manchester City, baru dibangun oleh pelatih baru Roberto Mancini.

Pertemuan berikutnya terjadi setahun setelahnya, tepatnya pada Juli 2011. Ketika itu laga dihelat di Dublin Stadium, Irlandia. Laga yang bertajuk Dublin Cup 2011 itu akhirnya dimenangkan oleh The Citizens dengan skor yang sama yakni 3-0. Gol City dicetak oleh mantan pemain Inter, Mario Balotelli, Adam Johnson, dan pemain yang kini berseragam Inter, Edin Dzeko.

Musim itu adalah musim dimana Manchester City meraih gelar Liga Inggris. Sementara Inter Milan, masih mencari jati diri di bawah pelatih barunya Gianpiero Gasperini.

Pertemuan Pertama Kedua Pelatih

Hal menarik berikutnya adalah tentang pertemuan kedua pelatih. Bagi Simone Inzaghi dan Pep Guardiola, ini adalah pertemuan pertama mereka selama menjadi pelatih di atas lapangan. Tapi kalau di luar lapangan, keduanya pernah bertemu. Seperti apa yang terciduk paparazzi pada 2019 silam. Ketika Pep Guardiola, Simone Inzaghi, dan satu orang lainnya berfoto bersama kala bertemu di jalanan Kota New York.

Pertemuan Lazio vs Brescia

Berikutnya tak banyak orang tahu. Meski Guardiola dan Inzaghi belum pernah bertemu ketika menjadi pelatih, tapi keduanya pernah bertarung sebagai pemain. Pada tahun 2000-an awal, Pep Guardiola pernah nyasar ke Serie A berseragam Brescia.

Ya, ketika itu Pep di usia senjanya masih dipercaya mengawal lini tengah tim medioker Brescia asuhan Carlo Mazzone. Sementara Simone Inzaghi adalah bagian dari β€œThe Dream Team” Lazio asuhan Alberto Zaccheroni.

Pertemuan itu terjadi tepatnya pada laga Serie A musim 2000/01. Lazio dan Brescia bertemu dua kali pada musim itu. Di kandang Brescia, Pep Guardiola mampu menahan gempuran Simone Inzaghi dan kawan-kawan dengan hasil akhir 1-1.

Sedangkan di pertemuan kedua, Pep Guardiola tak mampu membendung serangan Lazio. Pep juga sempat terkena kartu kuning di laga itu. Alhasil, Simone Inzaghi bisa mencetak satu gol dalam kemenangan telak 5-0 Lazio atas Brescia.

Dejavu Final Istanbul

Hal selanjutnya yang menarik adalah pertemuan mereka yang akan dihelat di Istanbul. Dejavu final Liga Champions 2005 kini akan terulang kembali. Kali ini bukan tentang AC Milan yang katanya punya DNA Eropa itu. Juga bukan tentang sang pemenang waktu itu, Liverpool, yang fansnya disuruh beli tiket duluan oleh Klopp di awal musim.

Dejavu final itu adalah pertemuan kembali antara wakil Inggris dengan wakil Italia. Kini setelah 18 tahun, stadion itu menggelar kembali final akbar Liga Champions antara wakil Inggris, Manchester City melawan wakil Italia, Inter Milan.

Maka dari itu muncul pertanyaan besar. Apakah pengulangan kesuksesan wakil Inggris menjadi kampiun di Istanbul 2005 akan terulang kembali? Atau justru tahun ini akan jadi kebalikannya?

Lima Kali Wakil Italia vs Wakil Inggris

Fakta berikutnya yang menarik menunjukan, pertempuran wakil Inggris melawan wakil Italia di final Liga Champions ternyata sudah terwujud selama empat kali. Final Inter Milan melawan Manchester City musim ini adalah final yang kelima kalinya.

Pertemuan yang pertama terjadi antara Liverpool vs AS Roma. Final yang digelar di Olimpico Roma musim 1983/84 itu, juaranya lahir dari wakil Inggris, Liverpool lewat adu penalti.

Pertemuan yang kedua terjadi di musim 1984/85. Ketika itu Livepool menghadapi Juventus di Heysel, Belgia. Kala itu giliran wakil Italia, Juventus yang mampu juara dengan kemenangan tipis 1-0.

Dan pertemuan yang ketiga dan keempat, terjadi dengan dua tim yang sama yakni AC Milan melawan Liverpool. Pertemuan yang pertama, yang jadi juara adalah Liverpool dengan kemenangan dramatisnya di Istanbul musim 2004/05. Sedangkan pertemuan kedua, terjadi di Athena pada musim 2006/07. AC Milan mampu membalaskan dendamnya 2-1 atas Liverpool dan menjadi juara.

Jika melihat polanya, skor pertemuan antara wakil Italia dan wakil Inggris di final Liga Champions masih seri. Dari empat pertemuan tersebut, wakil Inggris menang dua kali, dan wakil Italia menang dua kali. Namun yang perlu dicermati, terakhir kali wakil mereka bertemu di final, yang menjadi juara adalah wakil dari Italia. Apakah musim ini giliran wakil Inggris, atau tetap sama?

Pencapaian Simone Inzaghi

Selain itu, ada rekor menarik bagi pelatih Inter, Simone Inzaghi. Bagi Inzaghi, ini adalah pencapaian terbaiknya sebagai pelatih asli Italia di Inter.

Ia menyamai pencapaian pelatih Inter asal Italia terdahulu yakni Giovanni Invernizzi, yang juga mencapai partai final Liga Champions pada 1972. Namun sayang, Invernizzi kala itu harus kalah. Nah, apakah Inzaghi akan mengulangi nasib Invernizzi, atau justru ia mampu ciptakan sejarah baru?

Menanti Hattrick Liga Champions Pep Guardiola

Lain halnya dengan Inzaghi, bagi Pep ini adalah kesempatan emas bagi dirinya meraih Liga Champions. Pasalnya, ini adalah final Liga Champions keempat Pep sepanjang ia menjadi pelatih. Pep memenangkan dua dari tiga final yang telah dihelat, yakni ketika bersama Barcelona di 2009 dan 2011.

Tak dipungkiri sehebat apa pun Pep pasca di Barca, baik itu ketika di Bayern Munchen ataupun di Manchester City, ia belum pernah membawa pulang trofi Si Kuping Besar tersebut. Terakhir kali ia apes kala dikalahkan Chelsea di final Liga Champions musim 2020/21. Maka dari itu, sampai sekarang ia selalu penasaran menantikan hattrick gelarnya di Liga Champions.

Kenangan Pahit Pep Atas Inter

Namun, hattrick gelar itu tak akan mudah didapat musim ini. Masih ingat ketika Inter Milan membungkam seisi Camp Nou pada 2010 silam? Ya, Mourinho dan Inter ketika itu telah memberikan luka sekaligus kenangan pahit bagi Pep di Liga Champions.

Nerazzurri ketika itu menghentikan langkah Barca racikan Pep di semifinal dengan cara pragmatis. Ya, bagaimanapun itu adalah luka yang masih sangat membekas di hati Pep. Dan bukan tidak mungkin, luka dan kenangan pahit itu akan terus terbawa dan mengganjal hati Pep jelang laga final nanti.

Sumber Referensi : sportingnews, tranfermarkt, sofascore, skysports, sempreinter

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *